Kisah SiAndi dan Sapi yang Terikat

Alkisah disebuah desa kecil daratan tanah bugis, hiduplah seorang anak pemberani bernama Andi, Andi sangat germar bertanya atau suka menanyakan segala sesuatu yang tidak diketahuinya, semuanya ia tanyakan, rasa penasaran yang berlebih membuat orang-orang sekitarnya terpaksa harus memutar otak untuk menjawab macam-macam pertanyaan unik dari si Andi itu.

Hingga suatu hari ditengah terik matahari, Andi sedang bersama ayahnya ditengah bukit sembari memberi makan ternak-ternaknya, hal ini dilakukannya setiap hari dan tak ada yang aneh dengan apa yang mereka lakukan, melihat ayahnya yang sedang memberi makan hewan ternaknya seketika membuat Andi merasa penasaran, Andi merasa ada yg menjanggal pemikirannya dan kemudian spontan bertanya pada ayahnya...

"Etta... (etta adalah panggilan anak kepada ayahnya bagi orang bugis)
"Mengapa semua hewan ternak kita harus diikat?"
"Sapi diikat dan begitupun dengan sikambing, semuanya diikat.. kan kasihan!"
Tanya andi sambil keheranan...

Dengan wajah tersenyum sang ayah kemudian menatap wajah Andi dan kerkata...
"Sapi dan kambing itu diikat karena kalau tidak diikat, kambingnya akan lari dan kabur sehingga merusak ladang dan sawah milik orang lain"
Jawab sang ayah sambil mengelus-elus kepala sapi yang lahap memakan rumput segar itu

Mendengar jawaban ayahnya, dengan mimik wajah yang kurang puas, Andi kembali bertanya..
"Kalau memang seperti itu, mengapa manusia tidak diikat juga, kan banyak manusia yang jahat dan kerap membuat kerusakan..."
Tambah siAndi sambil menatap hutan gundul diseberang desanya.

Mendengar pertanyaan kritis siAndi, Ayah yang bijak itu kemudian menjawab dengan nada yang tegas..
"Nak... ingat baik-baik.. Hewan ternak dan Manusia itu jelas berbeda...
" Hewan ternak yang dipegang itu adalah tali yang terikat dilehernya, sedangkan manusia yang dapat dipegang itu Perkataannya atau Ucapannya"

Meski tak begitu mengerti, saat mendengar jawaban Ayahnya siAndi hanya tunduk dan terdiam...

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa siAndi telah tumbuh menjadi Mahasiswa yang kritis nan idealis, dikesehariannya Andi bergaul dengan semua orang dan tidak pernah mempersoalkan ras dan kasta, meski dicap baik bagi banyak orang namun tidak sedikit yang justru memanfaatkan sifat baik siAndi.

Penghianatan dan hasutan dari teman-temannya membuat Andi kerap mendapat masalah sehingga membuatnya sering berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Menyadari akan hal itu Andi memutuskan kembali ke Desa untuk bertemu dengan Ayahnya..

"Etta...
"Ananda sedang dirundung banyak masalah...
"Saya sering dipelakukan jahat oleh teman-teman saya..
"Bahkan sahabat yang saya anggap baik juga ikut menghianati saya etta...
Tutur Andi sambil duduk menunduk didepan Ayahnya

"Jadi apa yang harus etta lakukan untukmu nak...
Tanya sang Ayah membuka harapan

"Etta... dalam situasi yang sedang saya alami saat ini, dari seluruh teman dan sahabatku, siapa yang sebenarnya dapat saya percaya etta?
Tanya Andi ambigu

Sang Ayah yang melihat siAndi tertunduk lemas, kemudian tersenyum sambil menjawab...
"Nak... bukankah dulu sudah pernah kukatakan padamu, bahkan dulu saat dibukit itu, kamu sendirikan yang bertanya kepada ettamu ini, mengapa sapi dan kambing itu diikat?

he..he...
" Hewan ternak yang dipegang itu adalah tali yang terikat dilehernya, sedangkan manusia yang dapat dipegang itu Perkataannya, ucapannya atau Kata-katanya"

"Jadi menurut ettamu ini, teman dan sahabat yang dapat kamu Percaya adalah Teman atau Sahabat yang dapat dipegang Kata-katanya atau Perkataannya...

"Penghianat itu kata-kata atau ucapannya sering berubah-ubah, sehingga ia tidak dapat dipercaya,
"Sedangkan orang yang jujur dan baik hati akan menjaga dan beregang teguh pada apa yang pernah ia ucapkan...

............

Sahabat Bijak...
Mendengar kisah inspiratif dari tanah Bugis tadi, tentu merupakan motifasi positif dan pembelajaran berharga buat kita semua, bahwa ciri-ciri orang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya adalah orang yang mampu berpegang teguh pada pendiriannya dan tidak berubah-ubah dalam lisannya.



Komentar